Jerman di bawah kepemimpinan Adolf Hitler mengalami kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dibandingkan negara lain di dunia pada masa itu. Bahkan negara yang dikenal sebagai poros kekuatan dunia sekarang ini, seperti Rusia dan Amerika Serikat tak mampu menandingi kekuatan yang ditunjukkan Nazi pada masa jayanya, yakni sebelum perang dunia kedua dimulai.
Nazi atau Partai Pekerja Sosialis Nasional Jerman punya banyak ambisi. Selain berambisi mengembangkan senjata perang dan kendaraan tempur canggih, mereka suka unjuk kekuatan dengan mendirikan bangunan yang besar dan megah. Melansir The Vintage News, Jumat (9/6/2017), The Fuhrer menilai kemegahan bangunan mampu menunjukkan kepada dunia betapa sukses dan kuatnya Third Reich.
Dengan kata lain, bangunan-bangunan pada zaman Nazi lebih dimaksudkan sebagai propaganda. Jadi, mau itu sebuah pabrik perang, monumen, sekolah, kamp atau situs lainnya, semua pasti punya gaya arstitektur yang menakjubkan.
Namun begitu, selepas kalah perang, bagaimana kah nasib bangunan peninggalan Hitler cs? Salah satu warisan arsitektur termegah Nazi adalah Hotel Prora. Terletak di Pulau Rugen, Jerman, Laut Baltik, Prora mulai dibangun sekira 1936-1939. Tepat tiga tahun sebelum PD II meletus.
Dia juga bersikeras resor wisata ini dilengkapi dengan bioskop, teater, dermaga untuk kapal tamu dan aula konser yang bisa menampung 20 ribu orang. Ada juga tujuan mulia di balik pembangunan Prora, yakni direncanakan untuk menyediakan liburan yang terjangkau bagi pekerja menengah ke bawah.
Hotel Prora dirancang oleh arsitek kenamaan Jerman pada masa itu, Clemens Klotz, yang bekerja di bawah pengawasan arsitek kepala Nazi Albert Speer. Karya arsitektur mereka ini telah memenangkan penghargaan Grand Prix di Pameran Dunia Paris pada 1937.
Sayangnya, pembangunan Prora harus terhenti pada tahun ketiga akibat perang. Proyek konstruksi yang mempekerjakan hampir 9 ribu orang itu memiliki 10 ribu kamar yang dapat menampung 20 ribu tamu.
Pembangunannya terbagi menjadi delapan blok perumahan dan peregangan selama 4,5 kilometer. Hotel Prora dibangun sekira 150 meter dari pantai berpasir. Semua kamar berukuran sama, dengan 2 tempat tidur dan pemandangan ke arah laut. Tersedia pula toilet umum dan tempat mandi di setiap lantainya.
Ketika PD II dimulai pada 1939, semua kuli dipindahkan untuk bekerja di pabrik perang Hitler. Begitulah, Prora yang notabenenya akan menjadi hotel terbesar di dunia, dianggurkan tanpa sekali pun menerima tamu untuk menginap.
Meski begitu, pemikiran Hitler bahwa bangunan itu mampu jadi gedung serba guna, benar-benar terwujud. Selama perang, Prora digunakan sebagai kamp pengungsian orang Hamburg, dan kemudian untuk pengungsi dari Jerman Timur.
Pada 1945, tentara Rusia menguasai pulau tersebut dan mendirikan sebuah pangkalan militer. Mereka tinggal di sana selama satu tahun, menempati lima blok resor. Selama masa tinggal mereka, Soviet membuang semua bahan yang bisa digunakan dari bangunan.
Lalu pada 1950, militer Jerman Timur membangun kembali beberapa bangunan yang telah dirubuhkan. Prora bak hidup kembali, resor itu akhirnya mampu melayani banyak hal, kecuali sebagai hotel.
Tercatat, Prora pernah menjadi sekolah teknik militer, asrama pemuda, sebuah kamp untuk pencari suaka dari Balkan, dan akhirnya sebuah museum dan tempat disko.
Belakangan, ada investor swasta yang tertarik merenovasi Prora. Sekira empat blok perumahan dibangun kembali, satu blok digunakan sebagai hotel pemuda, dan tiga blok sisanya masih dibiarkan dalam rupa reruntuhan.
Akhir kisah, apakah Prora akan menjadi hotel terbesar di dunia dan melayani pengunjung yang mau menginap? Ya, hanya waktu yang mampu menjawabnya.
sumber http://babe.newsmasterapp.com
KISAH: Hotel 10 Ribu Kamar Yang Tak Pernah Ada Penghuninya
4/
5
Oleh
Unknown